Jumat, 07 Desember 2007

Karamah Wali

Ketika kaum penjajah masuk ke bumi Indonesia, mereka berhadapan dengan para ulama di berbagai daerah. Tak jarang prajurit penjajah tercengang saat peluru-peluru yang dihamburkan ke barisan pejuang tidak menimbulkan luka sedikitpun. Laskar rakyat yang berjuang itu sudah dibekali dengan kekuatan karamah dari para kyai yang berdiri di balik layar perjuangan bangsa Indonesia bahkan sampai saat membela kemerdekaan bangsa kita.
Karamah adalah perkara yang melampui ukuran normal (perkara luar biasa) yang tidak disertai dengan pengakuan kenabian dan tidak juga dimunculkan untuk itu. Ia ditampakan oleh Allah SWT pada seorang hamba yang jelas kesalehannya, konsisten dengan syariat, sangat menjaga untuk mengikuti sunnah Nabi, dibarengi dengan akidah yang benar dan amal shaleh; apakah ia sendiri menyadari perkara itu atau tidak menyadarinya.
Beriman dan percaya kepada karamah-karamah para wali termasuk prinsip-prinsip akidah Ahlussunah wal jamaah. Imam Ath-Thahawi berkata,”Kita beriman terhadap karamah-karamah yang disampaikan dan telah shahih dari orang-orang yang tsiqah (bisa dipercaya) di dalam riwayat-riwayat mereka.” Karena itu, pengingkaran terhadap karamah-karamah para wali bisa mengeluarkan seorang muslim dari Islam secara keseluruhan. Dan beriman terhadapnya termasuk prinsip-prinsip akidah Islam.
Wali berasal dari akar waliya yawla yang berarti dekat dengan sesuatu. Al-Waliyyu adalah orang yang memiliki kedekatan dengan Allah atau orang yang disayang oleh Allah SWT.
Menurut Imam Al-Qusyairi, waliy memiluki dua pengertian. Pertama orang yang dengan sekuat tenaga berusaha menjaga hatinya hanya bergantung kepada Allah dan terus menerus menjaga ketaatan tanpa diselingi dengan kedurhakaan.
Kedua, orang yang hatinya secara penuh dan terus menerus dalam penjagaan dan pemeliharaan Allah SWT. Dalam dunia sufi, wali-wali kelompok kedua ini dipercaya sering mengalami kefanaan kesadaran (Jadzab)., Mereka ini disebut dengan wali salik.
Dengan demikian seorang Wali Allah menurut Allah SWT adalah orang yang beriman dan bertakwa. Sebagaimana firman Allah, ”Ketahuilah bahwa kekasih Allah tiada memiliki rasa takut dan rasa gentar. Mereka ialah orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa.” (QS Yunus , 62-63).
Ainul Yaqien

Tidak ada komentar: