Jumat, 14 Desember 2007

Brutus



Alangkah cepatnya peredaran waktu dan alangkah aneh tindak-tanduk dan peristiwanya. Apakah dalam sehari semalam saja semua harapan yang telah aku bina dengan baik, dengan mencurahkan segala penderitaan dan kepedihan, mencucurkan seluruh airmata yang aku miliki, berubah begitu cepat? Semua itu menjadi kisah usang yang dibungkus dengan cerita baru.
Beginikah rasanya hari kiamat! Beginikah rupanya dunia yang menjadi hancur lebur! Beginikah rasanya bintang-bintang yang rasanya berjatuhan di angkasa, langit terkatup seperti tertutupnya sebuah buku.
Dulu aku sempat berpikir tak ada yang dapat menghancurkan harapanku kecuali maut, Tetapi sekarang aku sendiri yang menghancurkan, daan memintal benang-benangnya dengan tanganku sendiri ketika aku masih hidup. Itulah keajaiban jaman yang tak pernah dilihat seorang pengamat, dan tak pernah di dengar oleh seorang pendengar.
Apa salahku dan apa dosaku ya Allah???? Aku telah mencintainya dengan cinta yang belum pernah dianugerahkan seorang manusiapun di muka bumi ini pada kekasihnya. Aku berjanji akan setia padanya dengan kesetiaan yang tidak dimiliki oleh seorang saudara pada saudaranya, dan seorang ayah pada anaknya. Aku menjunjungnya bagai seorang pemuja menjunjung dewanya Aku telah memenuhi seluruh kehampaan hidupku dengan membayangkan kebahagiaan bersamanya.
Aku tak melayangkan pandanganku kecuali untuk melihat wajahnya. Aku tak memiliki perasaan kecuali untuk mencintainya. Aku tak pernah bermimpi kecuali memimpikan bayangannya. Aku tak suka melihat matahari di waktu terbitnya kecuali, melainkan karena aku melihat bayangan dirinya dalam sinarnya. Aku tak sudi mendengar nyanyian burung pada dahan, kecuali karena aku mendengar suaranya. Aku tidak ingin memandang bunga-bunga yang sedang mekar dalam kelopak-kelopaknya, melainkan karena bunga-bunga itu menyerupai warna kecantikannya. Aku tak mengharapkan kebahagiaan dalam kehidupan ini melainkan untuk kebahagiaannya. Dan aku tidak ingin hidup di dunia ini melainkan untuk berada disampingnya, dan gembira karena melihat kegembiraannya.
Wahai mutiara pujaan hatiku, Jika engkau berpendapat aku tak layak mendapatkan cintamu, karena aku terlalu hina dan naif untuk memenuhi kehampaan hatimu, cintailah aku karena telah mencintaimu dengan tulus. Balaslah apa yang telah kuberikan kepadamu dari hidupku, air mata dan kepedihan, kesusahan dan derita, dengan kebaikanmu. Ketahuilah, engkau dapat menemui seorang lelaki yang akan membanjirimu dengan harta, atau membuatmu terpesona karena parasnya yang tampan, keturunan dan pengaruhnya, tapi engkau tak akan dapat menemukan seorangpun dari mereka itu yang mencintaimu, seperti cintaku yang tulus kepadamu. Mereka tidak memiliki kesetiaan yang setara dengan kesetiaanku padamu.
Duhai pujaan hatikuu, janganlah engkau percaya, bahwa di dunia ini ada kebahagiaan selain kebahagiaan cinta. Jika engkau percaya hal itu, celakalah engkau karena telah menghukum mati dirimu.
Dulu aku menganggapmu orang terakhir yang yang tak mengindahkan hal-hal lahiriah dan kosong. Hal yang membuatmu sangat agung di mataku dan membuatku sangat menghormatimu, bahkan membuatku bersedia mengabdi kepadamu, karena engkaulah satu-satunya wanita yang kutemui, yang memiliki hati suci, jernih, penuh dengan cinta yang putih dan tulus. Tak dikotori oleh kotoran angan-angan dan hawa nafsu yang rendah. Tak dikeruhkan oleh kebutuhan-kebutuhan hidup dan keserakahannya. Apakah ketika itu aku salah menduga???
Tidak,tidak! Engkau masih memiliki hati yang ku kenal hingga saat ini. Dan inilah yang membuatku khawatir dan menyesali keadaanmu.
Aku bertanya pada hatiku, apakah suaraku ini akan menembus ke lubuk hatimu? Apakah engkau bisa membayangkan bahwa aku mencintaimu lebih besar dari rasa cinta untuk diriku sendiri. Ungkapan perasaan yang aku katakan padamu dahulu karena semata-mata untuk memberi kesenangan daan kebahagiaan kepadamu, lebih besar dari keinginanku untuk memberi kebahagiaan dan kesenangan pada diriku sendiri.
Dulu aku mempunyai harapan dan cita-cita yang luhur dan mulia. Jiwaku penuh dengan sesuatu yang luhur dan mulia,. Jiwaku penuh dengan sesuatu yang agung dan tinggi. Dulu kurasakan ada kekuatan di tubuhku yang tak ada bandingannya di alam ini. Sekarang aku menjadi orang yang lemah, lesu, sakit, putus asa,hilang akal, tak berperasaan, tak berpikir, tak mengambil dan tak memberi, tidak bertujuan dan tidak punya hasrat. Aku tak dapat membawa kebaikan untuk diriku dan tak menolak kemalanganku. Keadaanku kini tak berbeda dengan keadaan tubuh yang tak bernyawa tercampak di tanah, atau seperti batu yang terbuang di tengah jalan.
Aku sering merana, dan aku kira tak seorangpun di dunia ini yang dapat memikul kepedihan seperti yang sedang aku alami, karena bunga hidupku telah layu sebelum bersemi. Masa tua seolah teleh datang, padahal aku masih muda belia. Semangat yang berkobar di hati, kecerdasan yang bersemayam di otak, dan kekuatan yang ada di tubuhku, semuanya telah hilang musnah.
Aku memanggilmu ratusan kali dalam sehari, Menjerit-jerit meminta tolong, menangis terisak-isak tanpa henti. Jika engkau pernah sekali saja dalam hidupmu melewati perempuan yang sedang bersimpuh di depan pusara suaminya, meratap dan menangis pilu, karena ia sangat mencintainya, dan suaminya telah meninggal dalam usia muda belia, miskin, dan meninggalkan anak-anak yang masih kecil, tak berdaya dan tak punya kekuatan dalam hidup, tentu engkau akan sedih karena kesedihannya dan akan menangis dengan tangisannya.
Bila engkau melihat dalam pengembaraanmu, seorang gadis yang sedang hilir-mudik, menangis tersedu-sedu dan mengemis pada orang-orang yang melewatinya untuk memberikan uang seribu rupiah, yang dibutuhkan untuk mengobati adiknya yang sedang sakit dan tak punya seorang penopang hidup dan perawat selain dirinya, tentu engkau akan mengasihani dan memberi apa yang dimintanya.
Bila engkau melewati tepi sebuah sungai dan melihat seorang perempuan sedang berdiri menangis dan menjerit-jerit, meminta pertolongan untuk anak satu-satunya yang tenggelam di sungai, didepan matanya, tetapi tak ada seorangpun yang menolongnya, hingga anak itupun terbenam kedasar sungai dan tak muncul lagi, lalu ia menjadi gila dan terjun ke sungai mengikuti sang anak, dan iapun terbenam di sungai itu bersama anaknya, tentu engkau akan merasakan pedihnya musibah itu dan menangisi.
Bila engkau telah mendengar kisah orang tua miskin yang rumahnya di datangi polisi. waktu ia sedang berlutut disamping isterinya yang sedang sekarat, serta anak perempuannya yang sedang sakit. Lalu lelaki tua itu di seret ke penjara karena telah mencuri sepotong roti, agar dapat menyambung jiwa kedua anggota keluarganya itu. Meskipun ia telah memohon kepada polisi itu agar memberi waktu, untuk menunggu kematian isterinya, namun polisi itu menolak dengan keras, hingga ia merasakan kepedihan, dan akhirnya menjadi gila. Namun polisi itu menyertnya juga, walau bukan ke penjara, tapi ke rumah sakit jiwa.
Bila engkau telah mendengar kisah seorang lelaki yang tersesat di padang pasir tandus dan ia merasa kehausan serta berlarian kian kemari mencari air, tapi tidak menemukan sumber air, hingga letih dan tak dapat berjalan lagi. Kemudian dari kejauhan ia melihat permukaan air yang berombak. Lalu ia merangkak kesana dengan kedua lututnya, mewarnai kerikil dengan darahnya yang bercucuran, hingga ia mendekati sumber air itu. Tetapi ketika mendekati air itu dengan jarak hanya selangkah, ia telah terhempas dan mati.
Bila engkau membaca kisah seorang wanita yang kelaparan, duduk di depan gubuknya dengan gumpalan daging merah yang teraduk dalam bejana di pangkuannya yang berkepulan uapnya. Namunn ketika orang-orang mendekat, mereka menjadi kaget, karena di tangan wanita itu terdapat pisau yang berlepotan darah. Mereka melihat pula potongan kaki kecil yang menyembul dalam panci itu. Mereka tahu bahwa kelaparan telah membuat wanita itu gila, hingga tega menyembelih bayinya sendiri, di potong-potong bagian tubuhnyaa dengan parang dan pedang, di masaknya untuk kemudian di makan.
Jika engkau telah mendengar kisah orang-orang yang bernasib sial itu, mendengar rintihan orang-orang yang berada dalam penjara, pekik dan jeritan orang-orang sakit di rumah sakit dan kemalangan orang-orang gila di rumah sakit jiwa, lalu engkau kasihan pada mereka, menangisi nasib mereka yang malang itu, maka ketahuilah, bahwa aku lebih menderita dari mereka semua. Lebih berhak mendapatkan bantuan, pertolongan, kasih dan sayangmu daripada mereka.
Sekarang tak ada lagi kekuatan yang tersisa lebih dari yang telah kupikul… Wallahu 'a'lam bisshawab…..!!!!!!!!!!

Tidak ada komentar: