Jumat, 07 Desember 2007

Mencintai Allah




Perkembangan peradaban manusia dan modernisasi di segala bidang di satu sisi patut disyukuri. Di sisi lain dampaknya perlu diwaspadai. Yang paling nampak adalah munculnya berbagai penyakit fisik maupun mental yang bercikal dari kekosongan ruhaniah dan kehampaan spiritual.
Ketika hal ini mulai disadari, banyak orang berupaya mencari alternatif guna memperkaya khazanah spiritualnya. Sebagai muslim, penawar untuk berbagai masalah seperti ini telah tertuang baik di Al-Qur’an dan Sunnah. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hasyr ayat 7, "Apa-apa yang dibawa oleh rosul kepadamu, hendaklah kamu pegang, dan apa-apa yang dilarangnya kepadamu hendaklah kamu hentikan".
Betapa Islam tuntas membahas berbagai aspek dari kehidupan manusia : aqidah, ibadah, ekonomi, sosial, politik, kejiawaan dan lain sebagainya. Dengan bahasa yang lebih ringkas, Islam mempunyai jawaban semuanya.
Namun untuk mendapat semua itu diperlukan dua hal. Pertama, keimanan dan pengkajian yang sungguh-sungguh terhadap nash-nash Al-Qur’an dan As-Sunnah, sesuai dengan yang diajarkan dan dipahami oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Kedua, mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa upaya mengamalkannya, semua itu hanyalah sia-sia.
Barangkali banyak ibadah dan amal yang kita lakukan shalat, puasa, zakat, dzikir, haji, membaca al-Qur’an dan seterusnya. Persoalannya apakah semua itu sudah dilakukan dengan sepenuh kesungguhan dan keikhlasan. Sudah berhakkah kita menyandang cinta kepada Allah SWT?
Jika belum, pasti ada sesuatu yang keliru. Bisa jadi karena kurangnya pemahaman terhadap aspek ibadah atau kurangnya upaya setelah mengetahuinya, tentu ini sangat jauh dengan spirit yang dibangun Rasulullah SAW.
Dikisahkan, salah seorang sahabat Rasul tidak ingin beranjak ke ayat berikutnya dengan alasan belum mengamalkan ayat sebelumnya. Pantaslah jika para sahabat menjadi sosok-sosok yang mencintai dan dicintai Allah.”Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) di antara Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (QS At-Taubah).
Ainul Yaqien

1 komentar:

tambahan mengatakan...

kebutuhan spiritual memang sangat dibutuhkan di dalam kehidupan manusia. tidak islam, agama lain banyak melakukan yang sifatnya spiritual. seperti semedi, meditasi dan sebagainya.
upaya masyasarakat untuk menggapai kebutuhan tersebut bermacam-macam, diantaranya ada yang mengikuti pelatihan spiritual (SQ), thariqoh dan lainnya.
mungkin gol tertinggi yang mereka harapkan adalah supaya mereka dekat dan benar-benar dekat kepada Tuhannya. upaya tujuan itu sangat bermacam-macam tergantung dari aksi spiritual yang ditekuninya.
seperti halnya cinta kepada Tuhan (mahabbah) adalah salah upaya untuk sampai kepada Tuhan seperti yang sudah dilakukan para sufi terdahulu diantaranya Rabi'ah Al-Adawiyyah.
menurut hemat saya mengenai mencintai Allah melihat kadar masyarakat pada umumnya, harusnya lebih menekuni ketaqwaannya.
sebagaimana yang telah dipaparkan dalam surah al-hasr ayat 7. bisa kita ambil poin bahwa kecintaan manusia kepada Allah disalurkan dengan menjalankan aktivitas yang diperintahkan kepada Allah dan menjauhi segala larangan-Nya (taqwa).
dengan hal, nantinya akan tercipta kehidupan yang harmonis dari fisikal bahkan spiritual.